Keterikatan kita terhadap media sosial bisa dibilang kayak orang yang lagi jatuh cinta. Inginnya dilihaaatt terus. Dengan kata lain, nggak ada kata cukup untuk menghabiskan waktu bersama media sosial. Saat terpisah, seperti ada yang hilang.
Dan mengerikannya, untuk memperlihatkan ‘sisi baik’ yang ada dalam diri, nggak sedikit orang memilih lari dari kehidupan sesungguhnya. Inilah yang pada akhirnya membuat seseorang terjebak dalam eksistensi semu, dimana ia memisahkan diri dengan realita yang ada dan memilih untuk merangkul idealis yang dibentuknya dalam media sosial. Guys, you nee detox! Seperti apa sih ciri-ciri mereka yang butuh detox dari media sosial?

Terlalu mengabdikan diri terhadap media sosial
Media sosial memang bisa digunakan untuk mengekspresikan diri. Namun, jangan sampai kita lupa untuk melihat kehidupan nyata yang terjadi. Manfaatkan media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat dan sewajarnya. Luangkan waktumu untuk menikmati kehidupan nyata dan berinteraksi tanpa intervensi media sosial. Hidup nggak melulu harus dipost ke dalam Instagram Story, kan?

Viral agar terkenal
Media sosial juga memudahkan para penggunanya untuk mendapatkan informasi seputar keadaan yang terjadi di sekitar. Jika kejadian tersebut menarik perhatian orang banyak, jadilah viral dan voila, kamu dikenal orang banyak. Namun, hal ini jadi nggak sehat saat kamu berlomba-lomba melakukan hal yang bodoh dan nggak sehat demi mendapatkan ketenaran sesaat.

Media sosial menjadi sumber informasi mutlak
Media sosial dengan segala algoritmanya membuat semua informasi yang disajikan berdasarkan dari apa yang pernah kamu lihat dan sukai. Ini sengaja dirancang agar kamu semakin lama menghabiskan waktu dalam media sosial. Efek buruknya, perspektifmu akan menyempit karena sulitnya mendapatkan informasi atau preferensi lain yang nggak sesuai dengan apa yang kamu suka. Cobalah lepas ketergantungan tersebut. Berbicaralah dengan orang di sebelahmu, berdiskusi, dan tukar pikiran.

Menjadikan media sosial sebagai sumber kebahagiaan
Sering kali media sosial mengaburkan antara kehidupan nyata dan khayalan. Walaupun dengan di-notice dalam media sosial dapat menghibur dan memberikan kebahagiaan, namun itu bukanlah kebahagiaan yang sebenarnya. Efek euforia kebahagiaan tersebut sangat singkat. Membuat konten positif memang indah, tapi akan lebih indah lagi jika kamu melakukan hal nyata untuk memperbaiki kehidupan orang di sekitarmu.
